Kamis, 20 November 2008

Ummu Ma'bad, Rasulullahpun Singgah di Serambinya

30. Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya. (QS Al Anfal 30)

Begitulah Allah menggambarkan betapa mencekamnya keadaan yang dialami nabi Muhammad SAW pada detik-detik menjelang hijrah. Disaat yang genting itu, Allah memerintahkan Nabi SAW agar segera hijrah ke Madinah. Dengan ditemani Abu Bakar, Rasulullah beramgkat kekota yang juga dikenal sebagai Madinah Al munawarah.


Ditengah perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar melewati tenda Ummu Ma,bad, dia adalah seorang wanita yang terkenal, sabar dan tekun. Ia biasa duduk diserambi tendanya sambil memberi makan dan minum kepada siapapun yang melewatinya, Rasulullah dan Abu Bakar meminta sesuatu kepadanya (dalam Sirah Nabawiyah oleh Shafiyyurrahman Al Mubarakfury, pustaka Al Kautsar, hal 229).

“Kami Tak Punya Suguhan”
Namun kali ini Ummu Ma’bad sedang tak punya apa-apa. “Demi Allah, andaikan kami mempunyai sesuatu, tentulah kalian tidak akan kesulitan mendapatkan suguhan. Sementara domba-domba kami tidak ada yang bunting dan ini adalah tahun paceklik” jawab Ummu Ma’bad.

Rasulullah memandangi seekor domba betina disamping tenda. Beliau bertanya “kenapa domba betina ini wahai Ummu Ma’bad?”
“Itu adalah domba betina yang sudah tidak lagi melahirkan anak”
“Apakah masih mengeluarkan air susu” Tanya Nabi.
‘Ia sudah terlalu tua untuk itu”
“Apakah engkau mengijinkan bila aku memerah susu?”Tanya Nabi.
‘Boleh, demi ayah dan ibuku” Jawab Ummu Ma’bad, “Jika memang engkau lihat domba itu masih bias diperah susunya, maka perahlah!”

Nabi SAW mangusap kantong kelenjar susu domba itu dengan menyebut asma Allah dan berdoa. Seketika itu kantong kelenjarnya menggelembung dan membessar. Nabi SAW meminta bejana milik Ummu Ma’bad yang kemudian langsung meminumnya hingga kenyang. Beliau juga memberikan susu itu kepada rekan-rekannya hingga mereka kenyang. Baru kemudian beliau sendiri yang minum. Lalu Nabi SAW memerah susu lagi hingga bejana itu penuh, lalu meninggalkannya untuk Ummu Ma’bad. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan.

Tak seberapa lama kemudian suami Ummu Ma’bad datang sambil menggiring domba-domba yang kurus dan lemah. Dia tak sanggup menutupi keheranannya tatkala melihat ada susu disamping istrinya. “Dari mana ini?” Tanya Abu Ma’bad, “Padahal domba-domba itu mandul, tidak mengandung dan tidak ada yang bisa diperah didalam rumah”
“tidak, demi Allah. Tadi ada seorang laki-laki yang lewat membawa barakah, bicaranya begini dan begini, keadaannya begini dan begini.”
“Demi Allah itu adalah salah seorang kaum Quraisy yang sedang dicari-cari. Katakana kepadaku wahai Ummu Ma’bad seperti apa orangnya?” Tanya Abu Ma’bad penasaran. Maka Ummu Ma’bad menyebutkan cirri-ciri beliau secara jelas seakan-akan orang yang mendengarnya bisa melihatnya secara langsung.
Abu Ma’bad berkata “Demi Allah, dia adalah orang Quraisy yang agamanya selalu mereka sebut-sebut. Sebenarnya aku ingin sekali ikut besertanya dan aku benar-benar akan melaksanakannya jika ada jalan untuk itu.”

“Tanyakan Pada Domba”
Pada saat itu terdengar suara nyaring di Mekkah yang bisa didengar penduduk Mekkah. Namun mereka tidak tahu siapa yang mengucapkannya.
“Allah penguasa Arsy melimpahkan pahala yang terbaik,Dua orang yang lemah lembut lewat ditenda Ummu Ma’bad,Mereka melanjutkan perjalanan setelah singgah barang sejenak, Sungguh beruntunglah orang yang selalu menyertai Muhammad, Ceritakanlah apa yang disingkirkan Allah dari kalian, Karena perbuatan orang-orang yang tidak mendapat balasan Bani Ka’b benar-benar menjadi hina karena anak-anak gadisnya, Tanah yang subur adalah tempat duduk bagi mereka yang percaya, Tanyalah saudari kalian tentang domba dan bejananya, Jika kalian tanyakan domba itu tentu akan melihatnya.”

Asma’ binti Abu Bakar berkata, “kami tidak tahu kearah mana Rasulullah SAW pergi. Lalu tiba-tiba ada seorang laki-laki layaknya jin yang muncul di dataran rendah di Mekkah sambil melantunkan bait-bait syair ini. Sementara orang orang bisa mendengar dan mencari jejaknya. Namun mereka tidak bisa melihat siapa yang mengucapkannya. Bahkan suara itu juga muncul dari dataran Mekkah yang tinggi. Tatkala kami mendengarnya, maka tahulah kami bahwa Rasulullah SAW sudah berjalan kearah Madinah.”

Sumber : Majalah Al Falah

1 Comment:

Anonim said...

Ceritanya bagus bang... tolong dipostingin cerita yang bisa dipakai panutan dalam hidup, spt kisah Umar bin Abdulaziz

© free template 3 columns