Jumat, 13 Maret 2009

Ibnu Hajar

Alkisah ada seorang santri yang kurang beruntung, namanya Ibnu Hajar (Ibnu Hajar artinya anaknya batu). Ia adalah seorang ulama besar pada masanya. Ada ceritanya mengapa mendapat julukan Ibnu Hajar.
Sebenarnya ia bernama Sofyan bin Mas’ud Al Kurtubi. Oleh ayahnya pemuda Sofyan di sekolahkan pada seorang ulama besar bernama Faqih As Sjuhudi. Tetapi pemuda Sofyan tadi terlalu sulit setiap menerima pelajaran dari gurunya. Semua tugas–tugas yang diberikan As Syuhudi tidak dapat diselesaikan dengan sempurna. Sehingga berat rasanya belajar pada sang Guru. Apalagi cemooh dan gurauan dari sesama murid terhadap dirinya semakin menyengsarakan hatinya. Bertahun–tahun ia berguru tetapi kemajuannya kurang berarti. Maka diam–diam Sofyan Al Kurtubi melarikan diri dari tempat ia belajar. Ia berjalan jauh tanpa tujuan. Hatinya sudah kosong seakan putus asa atas kegagalan belajarnya.


Ditengah perjalanan jauh yang tanpa tujuan itu, tiba–tiba turun hujan dan angin ribut. Dicarinya tempat untuk berteduh. Setelah dicari kesana kemari maka diketemukanlah sebuah gua kecil dan iapun masuk gua itu untuk berteduh.

Singkat cerita dalam pelariannya itu ia bersembunyi didalam gua tersebut hingga beberapa hari. Suatu hari ia melihat ada tetesan air dalam gua yang dapat melubangi batu dasar gua itu. Dalam hati Sofyan bin Mas’ud merenungkan kejadian tersebut. Batu yang besar dan keras itupun akan berlubang walau hanya terkena tetesan air asal terus menerus dan dalam waktu yang lama. Menurutnya orang mencari ilmu walaupun dalam kondisi sulit, akan dapat berhasil asalkan tekun dan terus–menerus belajar walaupun dalam waktu relative lama. Maka atas ijin Allah ia kembali lagi kepada gurunya untuk memperdalam ilmu agama lagi. Pemuda Sofyan ingin membuka lembaran baru dalam berguru agama. Ia tekun dan benar–benar konsentrasi pada pelajaran dan tidak mau memeperhatikan cemoohan orang. Alhasil ia dapat menyelesaikan pelajarannya dengan sangat memuaskan walaupun dalam waktu relative lama. Akhirnya beliau menjadi ulama besar pada masanya.

Dalam kehidupan sehari–hari sering kita temui banyak orang yang putus asa untuk mencapai tujuan. Segala sesuatu inginnya diraih dengan cepat, sehingga banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Padahal untuk mencapai kesuksesan diperlukan kerja keras dan melalui proses panjang. Islam tidak memperbolehkan untuk berputus asa dari rahmatNya. Perlu keuletan dan ketelatenan dalam mencapai tujuan.

Firman Allah :

“…….dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS. Yusuf 87)




0 Comments:

© free template 3 columns