Selasa, 02 Desember 2008

Apakah Engkau Telah Menikah?

Dalam suatu kesempatan, Rasulullah SAW memimpin secara langsung ekspedisi jihad. Karena terbatasnya kendaraan, terpaksa 1 unta hanya untuk 1 kelompok yang terdiri 6 orang. Satu orang mengendarainya secara bergantian. Padahal, jarak yang ditempuh cukup jauh dan medannya pun berat.
Abu Musa Al Asy’ari yang turut didalamnya berkata, “kami berjalan dibelakangnya onta itu hingga kaki kami pecah-pecah. Begitu pula kakiku hingga kukunya terkelupas. Kami membalut kaki kami dengan sobekan kain sehingga aku menyebut misi itu dengan Dzatur Riqa’ (sobekan kain).” Para perawi hadits menjelaskan sebenarnya Abu Musa enggan menceritakan peristiwa Dzatur riqa’ karena kuatir akan mengganggu keikhlasan.

Hangat dan Penuh Empati

Meski dalam keadaan sulit seperti itu, Nabi SAW tetaplah pribadi yang menyenangkan dan penuh perhatian. Nabi SAW menyempatkan diri untuk menanyakan keadaan para pasukannya serta kondisi keluarganya.

Selama perjalanan pulang, Nabi SAW mendapati unta Jabir bin Abdullah tertinggal sendiri dibelakang rombongan. Nabi SAW bertanya, “ada apa denganmu wahai Jabir?” Jabir menjawab, “wahai Rasulullah, aku tertinggal karena untaku yang terlambat ini.” Nabi bersabda, “dudukkanlah ia.” Jabirpun mendudukkannya dengan bantuan Nabi SAW. “berikanlah tongkat yang engkau genggam itu padaku,” ucap Nabi SAW lalu Nabi SAW memukulkan tongkat itu pada tunggangan Jabir beberapa pukulan. “sekarang naiklah.” Sabda Nabi SAW. Setelah itu Jabir berkata, “demi zat yang mengutusnya dengan benar, untaku menyalip unta Nabi” (dalam Sirah Nabawiyah, Ramadhan Al Buthy, 1999, Robbani Press).

Kemudian Nabi SAW berbincang dengan Jabir. Nabi SAW berkata, “maukah engkau menjual untamu ini padaku?”

“Wahai Rasulullah, aku hadiahkan saja untukmu,” Jawab Jabir.

“Tidak, juallah padaku”

“Kalau begitu tawarlah wahai Rasulullah.”

“Aku beli satu dirham.”

“Tidak, itu merugikan aku wahai Rasulullah.”

“Dua dirham?”

“Tidak”

Nabi SAW terus saja menaikkan tawarannya hingga satu uqiyah. Jabir berkata, “apakah anda telah rela wahai Rasulullah?” Nabi SAW menjawab, “ya sudah.” Jabir berkata lagi, “kalau begitu ia telah jadi milik anda.” Nabi SAW menjawab, “Baik, aku terima.”

“Wahai Jabir, apakah engkau telah menikah?” Tanya Nabi SAW lagi.

“Sudah, wahai Rasulullah.”

“Janda atau gadis?”

“Janda”

“Mengapa engaku tidak memilih gadis yang bisa engkau cumbu dan dia mencumbuimu?” Tanya Nabi SAW.

“Wahai Rasulullah, ayahku telah gugur di (perang) Uhud. Ia meninggalkan sembilan anak perempuan selain aku. Aku menikah dengan wanita pandai mengemong, terampil merawat dan mengasuh mereka.”

Nabi SAW bersabda, “Engkau benar, insya Allah. Kalau kita sudah sampai di Shihara (daerah Madinah), kita suruh penyembelih memotong hewan ternak. Kita berkemah disana sehari, agar istrimu mendengar kedatangan kita lalu mempersiapkan bantalnya.” Jabir menyahut, “Demi Allah, aku tidak memiliki bantal wahai Rasulullah.” Sambil tersenyum Nabi SAW berkata, “dia pasti punya, karena itu apabila engkau datang lakukanlah suatu perbuatan yang menyenangkan.”

Pemberian Yang Penuh Berkah

Keesokan harinya, rombongan memasuki kota Madinah. Jabir mengantar untanya untuk ditambatkan didepan rumah Nabi SAW. Kemudian Jabir masuk masjid dan duduk berdekatan dengan Nabi SAW. Ada dua kebiasaan Nabi SAW setelah bepergian : mengirim utusan atau singgah dekat Madinah agar keluarga mengetahui kedatangannya; dan masuk masjid sebelum masuk rumah.

Begitu didepan rumah, Nabi SAW bertanya, “unta siapa ini?” para sahabat menjawab, “itu unta yang dibawa Jabir.” “Dimana Jabir?” Tanya Nabi SAW. Begitu Jabir dating, Nabi SAW bersabda, “wahai anak saudaraku, bawalah untamu, ia milikmu.” Kemudian Bilal menyerahkan uang satu uqiyah kepada Jabir dan menambahi pemberian lainnya atas perintah Nabi SAW. Lalu Jabir bercerita, “Demi Allah, uang it uterus bertambah dan bisa dilihat hasilnya dirumahku.”


Sumber : Al Falah


Selengkapnya...

© free template 3 columns